FILOSOFI “TANJUNGPINANG KAMPONG
KITE!”
Kampong (kampung,
hometown) di dalam konteks “Tanjungpinangpinang Kampong Kite!” tidak seperti
definisi atau pengertian “kampung” sebagai daerah hunian masyarakat yang
berpenghasilan rendah dengan kondisi fisik yang kurang baik, atau kawasan kumuh
dengan ketersediaan sarana umum buruk atau tidak ada sama sekali.
Kampung di sini lebih mengarah
kepada pengertian kampung sebagai suatu lingkungan tradisional khas Indonesia
(Melayu), yang ditandai ciri kehidupan yang terjalin dalam ikatan kekeluargaan
yang erat. Di Tanjungpinang secara demografi masyarakatnya bersifat heterogen terdiri
dari berbagai suku/etnis yang ada di Indonesia.
Secara psikologis sebutan kampung
(kampong) akan membuat seseorang mengingat masa lalu, mengingat jejak-jejak
kehidupan yang pernah dijalani, bagi yang dilahirkan di daerah tersebut akan
mengenang sebagai tumpah darah.
Melalui slogan” Tanjungpinang
Kampong Kite!” diharapkan masyarakat baik yang berada di dalam maupun di luar
Tanjungpinang peduli untuk mewujudkan Tanjungpinang ke depan lebih baik, maju
dengan semangat “sense of belonging” yang tinggi dan bangga menjadi orang
Tanjungpinang.
Gambar “cogan” yang biasa disebut
dengan istilah “sirih besar” di latar belakang tulisan “Tanjungpinang Kampong
Kite!” merupakan salah satu dari benda kebesaran Kerajaan
Johor Pahang Riau Lingga memiliki makna bahwa di Tanjungpinang pernah ada
kerajaan yang melahirkan 2 (dua) Pahlawan Nasional, yaitu Raja Haji
Fisabilillah dan Raja Ali Haji (Penggubah Gurindam Dua Belas).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar